Kamis, 30 Juli 2009

KAPOLDA RIAU TINJAU KEAMANAN MENJELANG PILPRES KE SIAK

Kapolda Tinjau Persiapan Pengamanan Pilpres 2009 ke Siak.
Dalam pengamanan menjelang Pilpres Kapolda Riau Brigjen Pol Adji Rustam Ramdja, turun langsung ke Siak untuk meninjau sejauh mana persiapan yang dilakukan oleh Pemerintah setempat untuk menghadapi pilpres nanti

Pertama Kali ke Siak

SIAK, TRIBUN- Untuk mengetahui kesiapan kepolisian di tiap daerah di Riau dalam mengamankan pelaksanaan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, Kapolda Riau, Brigjen Pol Adji Rustam Ramdja melakukan kunjungan ke Mapolres Kabupaten Siak. Sebelum ke Siak, Kapolda beserta rombongan melakukan kunjungan yang sama ke Mapolres Bengkalis.Kehadiran Kapolda Riau di Siak disambut oleh beberapa pejabat. Baik jajaran kepolisian maupun Pemkab dan Upikab Siak. Seperti, Kapolres Siak, Drs AKBP Hisbullah,Sekda Siak Drs H Adli Malik serta Ketua Pengadilan Negeri Siak Aswijon SH MH.Setelah berlabuh di Pelabuhan Lasdap Siak, rombongan lalu berangkat menuju Mapolres Siak di Kecamatan Dayun.

Selain memeriksa kesiapan pasukan dalam menghadapi Pilpres, kunjungan Kapolda Riau ini juga bertujuan untuk meresmikan Masjid Polres Siak yang ada di komplek Mapolres Siak. Masjid ini dibangun oleh Polres Siak dan bantuan dari Pemerintah Kabupaten Siak.Kapolda Riau Brigjen Kol Adji Rustam Ramdja dalam sambutannya menyampaikan, selama tiga bulan menjabat di Riau, inilah kali pertama ia berkunjung Kabupaten Siak. Termasuk juga beberapa polres di kabupaten lain.
Kunjungan ini, terangnya, dilakukan terkait pelaksanaan Pilpres yang akan digelar bulan Juli mendatang. "Karena itu, saya ingin melihat secara langsung sejauh mana kesiapan pengamanan yang dilakukan oleh Polres terhadap Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden," sebutnya.

Kepada seluruh polsek, Kapolda memerintahkan untuk terus berkoordinasi dengan jajarannya dalam upaya pengamanan pesta demokrasi tersebut. Sehingga pada saat hari pelaksanaannya nanti suasana kondusif dan terkendali dapat terwujud.
Terkait peresmian masjid, Kapolda berharap, rumah ibadah itu hendaknya dimanfaatkan oleh anggota untuk mendekatkan diri kepada Allah. "Manfaatkan Masjid yang telah dibangun ini sebagai tempat untuk mengabdikan diri ke pada Pencipta
Senin, 8 Juni 2009 | 02:36 WIB

Objek Wisata Liburan Sekolah Istana Siak Tetap Tujuan Utama

Objek Wisata Liburan Sekolah Istana Siak Tetap Tujuan Utama

Musim liburan sekolah sebentar lagi akan datang,,,, bagi anak sekolah atau bahkan keluarga tentu sudah merencanakan tempat berlibur untuk merifres otak kita setelah mengikuti UN, yang sangat membutuhkan ekstra keras tentunya dikarenaqkan dengan persyaratan nilai kelulusan yang begitu tinggi..nah untuk melepas semua kepenatan itu, tidak ada salahnya anda menentukan salah satu objek wisata yang ada di kabupaten Siak ini..selain anda bisa menikmati keindahan dan kemegahan Istana Siak peninggalan sejarah itu, kita juga masih bisa mencari nilai tambahan, karena di dalam istana siak memiliki benda benda langka, yang bisa anda lihat...hmm menyenagkan bukan.

Istana Siak yang merupakan peninggalan bersejarah Kerajaan Siak, sepanjang tahunnya masih menjadi objek wisata favorit masyarakat, baik wisatawan domestik maupun manca negara. Apalagi di dalam Istana Siak memiliki benda-benda langka dan konon hanya ada di dua Negara. Benda langka itu adalah jam musik komit buatan Jerman.

“Sepanjang tahun, Istana Siak masih menjadi objek wisata favorit masyarakat. Karena dalam waktu tertentu pengunjungnya mencapai lima ribu orang,” ucap Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Siak Drs.H.Wan Bukhari sambil menunjukkan jam komit yang terdapat di ruang tengah Istana Siak.

Selain Istana ada objek wisata lain yang letaknya tidak jauh dari Istana Siak dan bisa dijangkau dengan berjalan kaki atau menggunakan beca. Objek wisata ini adalah balai kerapatan tinggi dan letaknya di pinggir Sungai Siak, tak jauh dari pelabuhan. Dulunya tempat itu digunakan oleh Raja Siak untuk menggelar persidangan, dan di ruang persidangan itu memiliki keunikan tersendiri.

Jika raja memutuskan seseorang bersalah dan dinyatakan kalah, maka yang kalah harus keluar dari ruang persidangan melalui tangga bagian kiri. Sedangkan yang menang malalui tangga istimewa, yakni tangga berputar yang saat ini juga masih berdiri kokoh.

Saat ini cukup mudah untuk menjangkau Kota Siak, dan perjalanan wisata juga tidak ada kendala. Karena sejak ada Jembatan Siak, tidak ada lagi halangan bagi pengunjung untuk datang ke Kota Siak dan bagi yang ingin menginap selama beberapa hari juga ada hotel dan penginapan murah.

Bupati Inhil Masuk Daftar Incaran Polda Riau

Permasalahan rusaknya kebun kelapa masyarakat di Dusun Gembira, Teluk Kabung, Kecamatan Gaung, Kabupaten Indragiri Hilir adalah disebabkan karena serangan hama kumbang akibat tumpukan kayu PT.Arara Abadi (PT.AA).

Tembilahan - Tumpukan kayu yang dapat dikatakan adalah dari hasil Illegal Logging ini merupakan suatu keteledoran instansi yang terkait, sehingga efeknya merambah ke permasalahan yang kian kompleks.
Permasalahan tumpukan kayu tersebut karena tidak adanya tindak lanjut dalam operasional di lapangan. Sejauh ini tentu dapat dianalisis mengapa hal itu dapat terjadi , karena adanya penebangan kayu secara liar oleh pihak perusahaan. Seandainya memang ada alasan bahwa hal itu resmi, tentu ada izin dari Dinas Kehutanan serta dari Bupati Indragiri Hilir, H.Indra Mukhlis Adnan sendiri.
Dari permasalahan tersebut juga dapat dikategorikan bahwa adanya keteledoran Bupati Indragiri Hilir,H.Indra Mukhlis Adnan dalam hal ini. Karena kurangnya pertimbangan Bupati, Pemkab Inhil khususnya yang mana terkesan lebih memikirkan kepentingan sendiri tanpa mengkaji dampak terhadap masyarakat kedepannya.
Dari rangkuman Tirai Investigatif, bahwa tumpukan kayu PT.AA tersebut karena adanya permasalahan internal dalam pengusutan, yakni mandeg dip roses hukumnya. Informasi yang beredar lagi bahwa dalam hal ini masih dalam proses lelang. Sementara dari perkembangan informasi yang diterima bahwa berkas tersebut (Illegal Logging-Red) telah berada di Kejati, namun dikembalikan lagi ke Polda Riau. Pemeriksaan lebih lanjut terhalang dengan izin pemeriksaan 5 Bupati, sehingga saat ini kesannya masih tersandung.
Sementara itu, pihak Dinas Kehutanan Inhil sendiri belum bisa mengomentari hal ini karena adanya keterkaitan permasalahan. Permasalahan Illegal logging, rusaknya perkebunan kelapa masyarakat hingga penanggulangan hama tentunya dalam proses pelaksanaan seperti info yang diterima di lapangan.
Dalam hal proses pengusutan kasus illegal logging, bebarapa waktu lalu telah ditegaskan oleh Kapolda Riau, Brigjend Pol. Drs. Sutjiptadi pada pers bahwa setelah 60 hari izin yang diajukan ke Presiden tidak keluar, sesuai UU Otonomi daerah No.32 Tahun 2004, Polda Riau melakukan pemeriksaan terhadap Gubernur dan Bupati. Hanya saja, sampai saat ini belum jelas kapan waktunya Gubernur dan para Bupati akan diperiksa.
Pemeriksaan Gubernur dan para Bupati ini terkait pemberian IPK yang dikeluarkan kepada Perusahaan kayu di Riau. Para pejabat itu nantinya akan diperiksa secara bergiliran, namun tidak menutup kemungkinan akan dijadikan tersangka, jika cukup bukti. Seperti yang sudah dibeberkan melalui beberapa media, Polda Riau sudah menetapkan 200 tersangka dalam kasus Illog, yang hingga kini belum jelas siapa saja 200 tersangka tersebut, seperti informasi yang dikutip Tirai Investigatif belum lama ini.
Sementara itu, dari data yang diterima Tirai Investigatif bahwa Bupati Inhil, H.Indra Mukhlis Adnan adalah salah satu yang masuk dalam daftar incaran Polda Riau. Hanya saja masih menunggu kejelasan kapan pemeriksaan itu akan dilakukan.
Bukan rahasia umum lagi, bahwa hutan di Kabupaten Indragiri Hilir luluh lantak akibat penebangan besar-besaran beberapa perusahaan kayu. Dan ini adalah hal yang telah cukup lama berlangsung di Inhil. Tentunya daerah ini telah menciptakan konglomerat-konglomerat kayu yang saat ini telah hilang entah kemana rimbanya. Dalam konteks tersebut, mereka akan dijerat dengan UU No.23 Tahun 1997 tentang lingkungan hidup dan UU No.41 Tahun 1999 Pasal 41 dan 42. (Benny Yusandra/Fadila Saputra)

Perairan Sungai Siak Menjadi Ajang Penyelundupan

Pekanbaru- Sungai Siak merupakan salah satu sungai yang cukup bersejarah di daerah ini karena merupakan salah satu pusat lalu lintas perdagangan dahulu hingga sekarang. Disamping itu, terdapat kehidupan masyarakat yang bergantung pada sungai tersebut. Tentunya, sungai Siak perlu dilestarikan dan dijaga untuk kedepannya. Namun, dibalik keheningan dan ketenangan perairan sungai siak ternyata menyimpan suatu misteri. Yakni, ditemukan suatu kegiatan yang diduga illegal.

Menurut informasi yang diterima dari masyarakat bahwa kegiatan tersebut sudah berlangsung sekitar dua tahun lalu hanya saja kurang diketahui secara umum. Terdapatnya pelabuhan liar yang dijadikan bongkar muat barang yang diduga illegal ini tercuat setelah melakukan investigasi di lapangan.

Dalam catatan Tirai Investigatif yang dikutip dari penelusuran di lapangan bahwa terdapat tiga lokasi pelabuhan liar yang dijadikan bongkar muat barang tersebut, yakni Pelabuhan Nelayan bersatu, Pelabuhan bongkar muat di areal Tenaga Sakti (TS), dan Pelabuhan bongkar muat di areal KM 16.

Pelabuhan Nelayan bersatu berdiri sekitar tahun 2004, yang dari informasi bahwa pelabuhan tersebut dikontrak oleh salah seorang perwira Polisi berpangkat Inspektur Satu (Iptu). Saat peninjauan tim Tirai Investigatif di lokasi, terdapat aktifitas bongkar muat barang sedang berlangsung.

Dari keterangan masyarakat, bahwa barang barang tersebut langsung dimuat oleh truk-truk intercooler yang telah menanti. Dan barang tersebut dikirim langsung ke Medan dan Jakarta. Barang-barang yang berupa barang-barang smokil, Elektronik, Biji Plastik, minuman, kursi roda, sepeda, makanan ringan, dan lain-lainnya diperkirakan adalah barang illegal menurut sejumlah informasi dari masyarakat.

Yang perlu dicatat adalah bahwa target kapal yang masuk perbulannya adalah sekitar 54 kapal yang tentu dapat kita bayangkan berapa milyar rupiah uang dari perdagangan tersebut. Sejauh ini belum dapat ditelusuri tentang pajak pendapatan bagi daerah dari kegiatan perdagangan di perairan sungai Siak ini karena masih memerlukan investigasi lanjutan dalam permasalahan tentang kontribusi perdagangan ini pada daerah Riau.

Belum lagi dengan kehadiran truk-truk berat menyebabkan rusaknya sejumlah ruas jalan tentunya dapat diperkirakan berapa kerugian daerah jika kegiatan tersebut tidak melalui prosedur yang syah. Masyarakat yang ditemui Tirai Investigatif di lapangan yang enggan disebutkan namanya membenarkan hal tersebut. Namun, katanya lagi bahwa Wartawan dan LSM janganlah untuk coba pergi ke lokasi tersebut karena ada semacam instruksi dari Oknum aparat untuk menghabisi bagi yang datang untuk melakukan konfirmasi, demikian seperti yang dituturkan masyarakat.

Diprediksikan bahwa Pelabuhan di perairan sungai Siak ini hanya menjadi ajang transit perdagangan illegal tersebut, karena barang-barang tersebut setelah di bongkar langsung dimuat untuk segera dikirim ke luar daerah. Tentunya ini sangat merugikan bagi Negara umumnya, dan Riau khususnya. Apalagi nominal dari kegiatan perdagangan tersebut diperkirakan mencapai milyaran Rupiah. Disisi lain, pihak yang berkompeten dalam hal ini terkesan tutup mata dan mengabaikan terhadap aktifitas yang ada di daerah tersebut.

Buktinya, kegiatan bongkar muat barang tersebut berjalan mulus dan sukses. Dan hal itu sudah berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama, dalam hal ini bisa diperkirakan berapa omzet Negara yang telah dirugikan. Yang menjadi keprihatinan masyarakat lagi bahwa dengan banyaknya kapal yang masuk dan beraktifitas di perairan sungai Siak tersebut, dapat menimbulkan abrasi. Sementara untuk penanggulangan abrasi, jangankan pihak pelabuhan, Pemerintah Daerah pun belum dapat memberikan solusi.

Masyarakat berharap agar Pemerintah turut memperhatikan masalah abrasi yang terjadi di sungai Siak ini. Diharapkan juga kepada aparat penegak hukum untuk segera menindaklanjuti hal ini agar persepsi masyarakat selama ini terhadap kinerja aparat menjadi realistis, yakni dapat memberikan yang terbaik dalam penegakan hukum. Jika memang terdapat kegiatan yang melanggar hukum, tentunya dapat diluruskan dan ditindaklanjuti agar Daerah Riau bukan hanya jadi ajang transit bagi pendatang dan barang illegal, namun dapat memberikan kontribusi bagi daerah dan masyarakat

hoby seorang RT

Sungai Siak adalah sebuah sungai yang terletak di provinsi Riau. Indonesia. Sungai ini berada dalam jalur pelayaran internasional. Di hulu sungai ini terdapat pabrik-pabrik kelapa sawit yang diduga melakukan pencemaran. Sebuah jembatan, Jembatan Siak sedang dibangun untuk melintasi sungai ini, namun diprotes karena tingginya hanya 23 meter sehingga menghalangi arus lalu lintas kapal tanker.
Memelihara Buaya adalah hoby seorang RT yang berdomisili di Kelurahan Limbungan Kecamatan Rumbai Pesisir Pekanbaru. Mungkin dapat dikategorikan hobi paling extreme untuk ukuran seorang RT di Indonesia. Dia menjabat sebagai ketua RT 3 di Kelurahan Limbungan Pekanbaru, entah sudah berapa lama Hobi tersebut berlangsung dan entah sampai kapan. Buktinya dua ekor buaya yang merupakan hewan paling ganas dan di paling ditakuti semua orang dengan aman berada di kandang yang berukuran 2.5 m X 3 m tersebut.

Sejarah

Senapelan yang pada saat itu dipimpin oleh seorang kepala suku yang disebut batin. Mulanya daerah ini merupakan ladang yang lambat laun berubah menjadi daerah perkampungan. Kemudian perkampungan Senapelan pindah ke daerah yang baru yaitu dusun Payung Sekaki yang terletak di muara Sungai Siak. Namun nama Payung Sekaki tidak dikenal pada masanya dan tetap disebut sebagai Senapelan.

Kemudian sultan Siak Sri Indrapura yaitu Sultan Abdul Jalil Alamudin Syah mendirikan istana di Kampung Bukit berdekatan dengan perkampungan Senapelan. Sultan pun memiliki inisiatif untuk mendirikan sebuah pekan di Senapelan tetapi tidak berkembang. Usaha yang telah dirintis sang sultan pun dilanjutkan oleh putranya yaitu Raja Muda Muhammad Ali di tempat baru yaitu di sekitar pelabuhan sekarang. Selanjutnya pada tanggal 23 Juni 1784 berdasarkan musyawarah datuk-datuk empat suku (Pesisir, Lima Puluh, Tanah Datar, dan Kampar) nama Senapelan diganti menjadi Pekan Baharu. Pada saat ini tanggal 23 Juni diperingati sebagai hari kelahiran kota Pekanbaru. Setelah terjadi pergantian nama, Senapelan mulai ditinggalkan dan mulai diganti dengan nama Pekan Baharu atau Pekanbaru dalam penyebutan sehari-hari.

Berdasarkan SK Kerajaan, yaitu Besluit van Her Inlanche Zelf Destuur van Siak No.1 tanggal 19 Oktober 1919, Pekanbaru menjadi bagian dari Kesultanan Siak dengan sebutan distrik. Pada tahun 1931 Pekanbaru dimasukkan ke dalam wilayah Kampar Kiri yang dikepalai oleh seorang controleur. Setelah pendudukan Jepang pada tanggal 8 Maret 1942, Pekanbaru dikepalai oleh seorang gubernur militer yang disebut gokung.

Setelah Indonesia merdeka, berdasarkan ketetapan gubernur Sumatera di Medan tanggal 17 Mei 1946 No. 103, Pekanbaru dijadikan sebagai daerah otonom yang disebut haminte atau kota besar. Setelah itu berdasarkan UU No.22 tahun 1948, kabupaten Pekanbaru diganti menjadi Kabupaten Kampar dan Kota Pekanbaru diberikan status kota kecil dan status ini semakin disempurnakan dengan keluarnya UU No.8 tahun 1956. Kemudian status kota Pekanbaru dinaikkan dari kota kecil menjadi kota praja setelah keluarnya UU No.1 tahun 1957. Berdasarkan Kepmendagri No. Desember 52/I/44-25 tanggal 20 Januari 1959, Pekanbaru resmi menjadi ibukota Propinsi Riau

Sabtu, 25 Juli 2009

Limbah Televisi untuk Penyembuh Luka

Memang tidak ada yang sia-sia di tangan para ilmuwan. Baru-baru ini para peneliti dari Universitas York, Inggris, berhasil mengolah limbah televisi menjadi sesuatu yang berguna di bidang medis. Senyawa kimia polyvinyl-alcohol (PVA) merupakan bahan yang kerap digunakan dalam industri televisi LCD. Bahan tersebut diubah menjadi tisu yang digunakan dalam bidang medis yang disebut tisu scaffold.

Tisu ini biasa digunakan sebagai pembalut luka guna mendukung pertumbuhan sel tubuh agar kembali normal. Sebelum ada penelitian ini, limbah tersebut biasanya dibuang atau ditanam di bawah tanah.

Profesor James Clark, Direktur York Green Chemistry Centre of Excellence mengatakan, limbah yang dihasilkan dari industri televisi LCD sangat besar. Tentunya, akan menghasilkan sampah yang besar pula. Dengan adanya teknologi ini limbah itu tidak perlu lagi dibakar atau ditanam di dalam tanah.
“Sangat penting sekali menemukan cara yang tepat untuk mengolah kembali bahan-bahan tersebut. Dengan mengolah kembali, kita tak perlu membakar atau menimbunnya,” ujar Clark.

Salah satu keunggulan bahan ini adalah tidak ditemukannya respon kekebalan tubuh saat digunakan. Ini menandakan bahan ini sangat cocok untuk penggunaan biomedis. Penemuan ini sendiri telah dipublikasikan dalam jurnal Green Chemistry.(net/gem)

Kantong Plastik dari Singkong

SAMPAH plastik merupakan ‘musuh’ abadi manusia. Karena sampah plastik memerlukan waktu lama diuraikan. Di Indonesia, faktanya volume sampah plastik di mencapai 6 juta ton (14 persen dari total volume).

Sampah plastik susah diuraikan di alam. Namun kini telah mendapatkan gantinya, yaitu kantong plastik berbahan baku tanaman yang mudah diuraikan (biodegradable), yaitu Resin BE+. BE+, adalah resin baru yang mengandung 50 persen tepung singkong Indonesia yang ramah lingkungan dan dapat diperbaharui.

Kantong plastik ini sudah diproduksi, dikenal dengan Ecoplas, dan dapat diperoleh di Dana Mitra Lingkungan, Jakarta. Dibandingkan plastik yang memerlukan waktu + 1000 tahun untuk terurai, Ecoplas akan terurai hanya dalam waktu +10 minggu, di tanah tropis. Suatu kejutan ada kantong plastik dari singkong.(d/int/uli)

Selasa, 07 Juli 2009

Skuad PSPS Kunjungi Sekolah

Skuad PSPS Kunjungi Sekolah
Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 7 Pekanbaru bisa berbangga hati karena pada kegiatan El Clasicc Futsal Turnamen SMAN 7 Pekanbaru dikunjungi oleh tim sepakbola andalan dan kebanggaan masyarakat Riau umumnya dan Pekanbaru khususnya, PSPS.
Kedatangan PSPS, merupakan kejutan bagi warga SMAN 7 Pekanbaru untuk yang pertama kalinya dalam merayakan HUT Pekanbaru yang ke 225.


Acara yang digelar langsung di halaman SMAN 7 Pekanbaru, Senin (22/06). Pertandingan cukup membuat warga SMAN 7 Pekanbaru heboh dan meriah. Ini dikarenakan seluruh kegiatan sekolah terhenti begitu saja karena tidak ingin melewatkan momen-moment bersejarah dan langka di SMAN 7 Pekanbaru.

Kepada wartawan, Ketua OSIS SMAN 7 Pekanbaru, Abdi Muhammad mengatakan sangat senang karena bisa mendatangkan PSPS ke SMAN 7 Pekanbaru dalam moment peringati HUT Pekanbaru yang ke-225.

"Iya, kedatangan PSPS ini merupakan kejutan dari kami (OSIS SMAN 7 Pekanbaru,red) untuk sekolah. Kami ingin menghibur seluruh siswa-siswi dan guru-guru SMAN 7 Pekanbaru," ungkap Abdi.

Agusrianto, selaku Kapten tim PSPS Pekanbaru juga mengucapkan terima kasih kepada SMAN 7 Pekanbaru karena telah diundang dalam kegiatan HUT Pekanbaru di sekolah yang terletak di Jalan Kapur Kecamatan Senapelan ini.

Ungkapan bangga juga diungkapkan oleh Kepala Sekolah SMAN 7 Pekanbaru, Drs Putra Indra. "Bagi kami, kedatangan PSPS merupakan nilai plus sendiri dari tim sekolah, terutama dalam menguji kemampuan Siswa SMAN 7 Pekanbaru yang bertanding secara fair disamping mengejar Prestasi," ungkap Kasek.

Minggu, 05 Juli 2009

Trauma, Hindari Bicara Politik dan Warnet.

Selasa, 07 Juli 2009 , 08:42:00
Didatangi Dubes RI di Mesir, Faturrahman dkk Minta Pengamanan Khusus
Trauma, Hindari Bicara Politik dan Warnet



ASAL RIAU: Tim sepakbola mahasiswa asal Riau yang kuliah di Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir. Pascakasus yang menimpa Faturrahman dkk, ketenangan mereka beraktivitas juga terganggu.(istimewa)
PEKANBARU (RP) - Pascapenyiksaan yang dialami Faturrahman dan tiga rekannya oleh polisi Mesir pada Ahad (28/6) hingga Rabu (1/7) lalu, masih menyisakan trauma mendalam bagi semua mahasiswa Riau yang menuntut ilmu di Universitas Al Azhar, Kairo. Bila di siang hari menjalani hidup secara normal namun membatasi diri, pada malam hari ketakutan akan “tamu tak diundang” itu kembali mendera.

Rasa trauma yang masih dirasakannya itu, menjadikan Faturrahman dkk mengharapkan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Mesir memberikan pengamanan khusus bagi mereka. Hal ini disampaikan langsung Faturrahman ketika Dubes RI untuk Mesir, AM Fahri, bersama dua stafnya mengunjungi mereka beberapa hari yang lalu. ‘’Kami masih trauma dengan kejadian itu. Waktu KBRI datang ke rumah, kami meminta perlindungan dan pengamanan khusus untuk kami. Kami takut hal serupa terulang lagi,’’ jelas Faturrahman kepada Riau Pos melalui sambungan internasional, Senin (6/7).

Faturrahman mengatakan, rasa trauma tersebut juga dirasakan tiga rekannya yaitu Arzil, Tasrih Sugandi dan Ahmad Yunus. Meski fisik sudah mulai membaik, bekas penyiksaan oknum polisi Mesir masih tersisa seperti di kemaluan dan perut mereka. ‘’Kalau fisik sudah membaik. Hanya saja setiap melihat bekas luka bakar yang disebabkan penyiksaan mereka (polisi Mesir, red) trauma itu kembali muncul lagi. Takut itu terulang lagi,’’ ungkapnya mahasiswa semester akhir asal Kabupaten Rokan Hulu ini.

Saat kedatangan Duta Besar RI tersebut, lanjutnya, Duta Besar sempat megatakan akan terus mendesak Pemerintah Mesir mengejar pelaku penyiksaan. Selain tindakan itu merongrong kebebasan mahasiswa Indonesia dalam mendapatkan pendidikan, juga membuat mahasiswa asal Indonesia ketakutan. Di luar dari itu, ungkapnya, hingga saat ini pihak kepolisian Mesir belum menjelaskan secara resmi alasan penangkapan tersebut, apakah terlibat suatu jaringan atau salah tangkap.

Bahkan, sesuai penuturan Faturrahman, pihak KBRI sudah melayangkan surat protes kedua kepada pemerintahan Mesir. Surat protes pertama dilayangkan KBRI untuk melepaskan Faturrahman dan rekan setelah tiga hari menjalani kurungan dan penyiksaan.‘’Saat berkunjung kemarin, KBRI mengaku sudah melayangkan surat protes kedua kepada Pemerintah Mesir. Mereka akan mendesak Pemerintah Mesir menindak pelaku penyiksaan yang dari pengetahuan saya ada tiga orang,’’ jelasnya.

Terkait Ismail Nasution —rekan Faturrahman yang merupakan pemilik Poster pendiri Hamas M Yasin— yang menjadi salah satu alasan penangkapan empat mahasiswa asal Riau ini, saat ini sudah tuntas. KBRI sudah mengklarifikasi kejadian sebenarnya dan pihak Mesir juga sudah menerima. Hanya saja, saat ini Ismail Nasution tidak bisa dihubungi karena sedang berada di luar.

‘’Ismail sedang berada di luar, tapi kondisinya baik saja. Masalah kepemilikan poster M Yasin juga sudah diklarifikasi pihak KBRI ke Pemerintahan Mesir dan diterima. Jadi dia sudah terbebaskan ­dari tuduhan,’’ jelas Faturrahman.

Meski begitu, Faturrahman mengakui, Ismail sempat syok dengan penangkapan dan penyiksaan yang menimpa rekannya. Tidak ditangkapnya Ismail pada saat itu karena yang bersangkutan tidak berada di flat bersama rekan-rekannya.

‘’Dia (Ismail, red) sempat syok juga. Ketika mengetahui bahwa masalahnya sudah diselesaikan KBRI, kini dia biasa saja. Kehidupannya juga normal seperti biasa. Namun dia mengaku masih ketakutan juga, pasalnya hingga saat ini belum ada keterangan Pemerintah Mesir terkait masalah ini,’’ ungkapnya.

Rasa trauma juga dialami lebih kurang 170 orang mahasiswa Riau yang tengah menuntut ilmu di negeri Ummul Bilad tersebut. Ketakutan terhadap polisi Mesir itu diungkapkan Ketua Kelompok Studi Mahasiswa Riau (KSMR) Al Azhar Kairo, Khairudin Ahmad Jais kepada RPG melalui fasilitas Yahoo Messenger, Senin (6/7).

Merasa trauma melihat apa yang dialami empat rekan mereka tersebut, mereka pun kini sepakat memilih bersikap lebih waspada, hati-hati dan saling menjaga satu sama lain. ‘’Terus terang, kita semua di sini sudah seperti saudara. Jadi begitu ada rekan kita yang mengalami penyiksaan sedemikian rupa, trauma itu terasa sekali. Pascakejadian, teman-teman asal Riau khususnya, kita minta untuk sementara menghindari membuka situs-situs tidak jelas di Internet,’’ ujar mahasiswa tingkat akhir jurusan Dakwah Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir ini.

Bukan hanya membatasi akses internet, sesuai dengan arahan dari KBRI di Kairo, mahasiswa Indonesia pasca kejadian diminta tegas untuk tidak terlibat dalam berbagai organisasi di luar kepentingan studi.

‘’Kita juga diminta untuk menghindari berbicara soal politik. Karena di sini bicara soal politik atau menyinggung tentang pemerintah, cepat sekali tercium oleh polisi. Mereka tidak perduli meski Indonesia adalah Negara Islam terbesar didunia. Bagi mereka semua mahasiswa di sini sama saja. Kalau aneh-aneh, langsung ditangkap,’’ ujar Khairul, demikian sapaan akrabnya.
Sebagai satu-satunya organisasi yang menaungi mahasiswa asal Riau, Khairul mengungkapkan bahwa pascakejadian penangkapan dan penyiksaan tersebut, membuat mahasiswa asal Riau kini lebih berhati-hati dan waspada terhadap siapa saja.

’’Lebih baik teman-teman sementara menghindari warnet untuk buka situs internet. Di sini boleh saja memotret, tapi pada tempat tertentu lebih baik jangan dulu. Apalagi gunakan kamera dengan menggunakan blitz bisa berbahaya, apalagi kalau diambil malam hari. Dimana-mana bisa ada mata-mata polisi. Kita sekarang semakin trauma saja. Karena bukti bahwa polisi Mesir tidak pandang bulu itu, sudah terbukti dengan musibah yang dialami empat rekan kita,’’ jelasnya.

Mengingat kembali kejadian pada saat penangkapan empat rekan mereka, Khairul mengatakan, begitu mendapat kabar empat rekan mereka ditangkap, pengurus KSMR langsung melaporkan kasus tersebut ke KBRI untuk mencari perlindungan. ’’Karena kami sangat mengenal para korban. Arzil dan Tasri Sugandi baru saja dua bulan di Kairo. Kami baru bisa akses kekedutaan pada pagi harinya. Karena mereka ditangkap pada pukul 02.30 WIB saat tengah tidur di kos mereka yang terletak didaerah Tub Romli Hay Asyir Nasr City Cairo. Saat kami coba hubungi, handphone mereka sudah non-aktif,’’ katanya.

Khairul mengatakan, dari salah satu korban bernama Faturrahman, saat ditemui sesaat usai keluar dari penjara pasca penahanan 3X24 jam, sebenarnya saat polisi telah melakukan penggeledahan terhadap kamar kos mereka, polisi awalnya bersikap baik. Perubahan baru terlihat ketika polisi Mesir melihat ada poster Syeikh Ahmad Yasin serta gambar silsilah Hamas.

‘’Saudara Faturrahman mengatakan, pada saat melihat poster itulah polisi mulai memukuli mereka yang sebelumnya sudah disuruh berkumpul. Mereka diduga mahasiswa pendukung organisasi Islam garis keras yang ditentang pemerintah. Akhirnya mereka dibawa ke penjara dengan menggunakan mobil. Selain itu polisi juga menyita video yang berkaitan dengan Ikhwan Muslimin, sebuah organisasi Islam garis keras yang bertentangan dengan Pemerintahan Mesir,’’ katanya.

Padahal pemilik dari video, buku dan poster tersebut kata Khairul, bukan empat mahasiswa Riau tadi melainkan milik mahasiswa Indonesia asal Tapanuli Selatan bernama Ismail Nasution. Pada saat kejadian, Ismail tengah study tour keluar kota Kairo. Selain menahan empat mahasiswa, polisi juga menyita tiga unit komputer lengkap CPU milik para korban.

‘’Begitu kita dapat kabar besok harinya langsung kita ke kedutaan. Hingga akhirnya teman-teman dibebaskan. Begitu bebas, teman-teman kembali ke kos dengan penuh rasa trauma. Begitu juga kita-kita semuanya. Apalagi melihat bekas penyiksaan yang di luar batas kemanusiaan. Sekarang ini, karena peristiwa tersebut, lebih baik menghindari ketemu polisi di jalan,’’ kata Khairul.

Khairul pun dengan gamblang mengatakan, bahwa seharunya peristiwa seperti ini tidak perlu terjadi, andai ada perhatian dari pemerintah daerah dalam hal ini Pemerintah Provinsi Riau. ‘’Bukannya ingin mencari kesalahan, tapi sebenarnya inilah yang kami sayangkan. Peristiwa ini tidak perlu terjadi, andai kami mahasiswa Riau di Mesir memiliki asrama mahasiswa seperti mahasiswa dari provinsi lainnya,’’ kata Khairul.

Khairul mengatakan, dengan jumlah mencapai 170 orang dan terus bertambah setiap tahunnya, mahasiswa asal Riau di Mesir terpaksa harus terpencar-pencar mencari tempat kos karena tidak memiliki asrama. Akibatnya, pengawasan yang dilakukan pun sulit, termasuk guna memberikan perlindungan bila terjadi hal yang tidak diinginkan.‘’Setiap tahun kami mengajukan proposal pengadaan asrama ke Pemprov Riau, tapi setiap tahun pula yang kami dapat hanya janji dan janji. Dengan kejadian ini, kami sangat bermohon perhatian dari Gubernur Riau. Karena sepertinya, hanya mahasiswa Riau yang hingga kini tak punya asrama mahasiswa. Kalau saja punya asrama, mungkin tak perlu empat saudara kami dibawa ke kantor polisi tanpa ada pembelaan. Terlebih lagi, keempatnya memiliki visa pelajar resmi,’’ sesal Khairul.

Khairul mengungkapkan, kini 170 mahasiswa Riau yang tengah menempuh pendidikan di Al Azhar, harus hidup terpisah di berbagai kota seperti Zaqoziq, Thanta, Mansurah, Tafhana dan lain sebagainya. Dengan terpencar-pencar seperti ini, pengawasan dan perlindungan terhadap hak-hak pelajar yang mereka miliki, jadi tidak bisa dilakukan secara maksimal.

‘’ Kami sangat berharap, Pak Gubernur mau datang dan melihat kondisi kami di sini yang sangat memprihatinkan. Termasuk menjenguk rekan-rekan kami yang jadi korban salah tangkap tersebut,’’ ujar Khairul.

Khairul mengatakan, kini ditengah rasa trauma pasca kejadian tersebut, para mahasiswa asal Riau berupaya tetap tegar.’’Kami anggap ini adalah musibah kami bersama. Musibah kita semua. Kita sudah berkumpul dan terus berkoordinasi dengan KBRI dan juga persatuan organisasi mahasiswa Indonesia lainnya. Mudah-mudahan hal serupa jangan sampai terjadi lagi,’’ harapnya.

Tidak Diekspos Media Mesir
Kasus penyiksaan ini dipublikasikan dengan gencar media di Indonesia mulai dari media lokal di Riau hingga media nasional. Tapi, tidak demikian halnya dengan media-media di Mesir. Tidak satu pun media cetak atau elektronik di Mesir mengangkat permasalahan ini ke permukaan. Hal ini diakui Faturrahman saat keluar rumah atau berjumpa dengan rekannya di Kampus Al Azhar.

‘’Mereka biasa saja, bahkan mereka tidak tahu jika saya dan rekan lainnya mengalami penganiayaan dan ditangkap. Pasalnya tidak satupun media cetak dan elektronik mengangkat kasus ini. Jadi kehidupan kami normal saja,’’ jelas Faturrahman yang ketika penangkapan terjadi baru selesai ujian semester.

Anak pendiri Ponpes Khalid bin Walid Pasirpengaraian, Kabupaten Rokan Hulu ini mengungkapkan, satu-satunya kantor berita internasional yang sempat mewawancarai mereka adalah BBC, yakni beberapa hari setelah mereka dilepas dari tahanan.

Saat ini, Faturrahman dan mahasiswa Indonesia lainnya masih melaku­kan kegiatan rutin seperti ke pustaka, salat dan diskusi. Hanya pada malam hari, mereka masih terus waspada, takut kejadian yang sama terjadi lagi. ‘’Beberapa rekan ada yang pulang ke Indonesia, kalau saya dan beberapa rekan masih berada di Mesir. Kehidupan kami seperti biasanya, hanya kalau sudah malam kami harus waspada. Takut kejadian yang sama terulang lagi,’’ ungkapnya.

Namun saat ditanya Riau Pos keinginan Faturrahman pulang ke Riau, dia mengaku sangat ingin. Apalagi saat ini mereka sedang libur semester. Hanya saja, dia mengaku mengalami keterbatasan dana.

‘’Kalau ditanya pulang ke Indonesia, tentu saja saya mau. Saya mau jumpa keluarga terutama orang tua saya. Tapi dana saya terba­tas, tapi jika ada yang menganggarkan kenapa tidak,’’ ujar Faturrahman seraya mengakhiri percakapan.

Panggil Dubes Mesir Segera
Tuntutan agar kasus salah tangkap empat mahasiswa Indonesia di Mesir dituntaskan terus menguat. Salah satunya dari Ketua MPR Hidayat Nur Wahid. Mantan Presiden PKS itu meminta Departemen Luar Negeri (Deplu) segera memanggil Duta Besar (Dubes) Mesir di Indonesia.

“Kejadian itu mengganggu konsentrasi belajar para pelajar Indonesia di Mesir. Sebaiknya pemerintah Indonesia melalui Deplu memanggil Duta Besar Mesir,” ujar Hidayat di Jakarta, Senin (6/7). Empat mahasiswa, yakni Fathurrahman, Ahmad Yunus, Azril, Tasrih Sugandi ditangkap polisi Mesir awal Juli lalu. Mereka sempat disiksa selama dua hari lalu dibebaskan.

Hidayat menilai motif penangkapan sebagai alasan polisi itu aneh. “Kalau dikatakan terlibat Ikhwanul Muslimin, mereka (Ikhwan) itu bukan teroris. Mereka lama di Mesir dan banyak membantu kehidupan sehari-hari,” katanya.

Hidayat khawatir apabila kejadian serupa terus terjadi, bisa jadi pelajar Indonesia menjadi takut belajar di luar negeri. “Apalagi, mereka datang dengan beasiswa. Jangan sampai pelajar Indonesia menjadi enggan belajar di luar negeri,” kata suami Diana Abbas Thalib itu.

Hidayat berharap pemerintah bekerja maksimal memberi jaminan keamanan pelajar di luar negeri. “Ini sudah sangat serius, saya harap Deplu segera mengambil langkah efektif pembebasan dan untuk menanggulangi agar masalah serupa tidak terjadi lagi,” katanya.

Terpisah, Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda berharap penganiayaan yang diderita empat mahasiswa Indonesia di Mesir itu tidak terulang.. Wirajuda mengatakan apa yang terjadi di Mesir itu dapat dikategorikan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM). “Pelanggaran HAM seorang tersangka dalam proses penyelidikan,” ujar Hassan di Jakarta kemarin.

Menurut Menlu, Departemen Luar Negeri telah melayangkan nota protes kepada Pemerintah Mesir terkait peristiwa ini. Namun Wirajuda mengatakan belum mendapat jawaban dari Pemerintah Mesir. “Mungkin mereka perlu waktu untuk proses internal dan verifikasi,” ujarnya.

Kedutaan Mesir di Indonesia belum memberikan keterangan resmi terkait insiden ini. Saat JPNN mendatangi kantor Kedutaan Mesir Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta kemarin, seorang petugas keamanan hanya meminta JPNN meninggalkan kartu nama.

“Nanti, Anda akan dihubungi,” kata satpam dengan pengenal nama dada Saptono itu.(rdl/jpnn/afz/rpg/cr2/new/fia)


Blogspot Templates by Isnaini Dot Com and Wedding Bands. Powered by Blogger
:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: